Ada beberapa analisis keuangan yang dapat Anda gunakan untuk menilai kembali kelayakan bisnis yang sedang Anda jalankan sekarang. Empat analisa rasio berikut dapat membantu Anda mengambil tindakan yang tepat mengenai masa depan bisnis Anda.
Ya, akhirnya Anda sampai di sini: bisnis yang Anda rintis sudah bergulir, dan Anda sedang menikmati – kesibukannya, hasilnya, perkaranya, dan tantangannya.
Kalaulah kami membuka dengan pengandaian, tentu karena kondisi bisnis para pembaca setia majalah ini pada posisi yang berbeda. Apa pun posisi bisnis Anda sekarang, atau telah berapa lama bisnis Anda berjalan, ada hal penting yang patut Anda perhatikan, dengan menjawab pertanyaan ini secara jujur: “Sudah layakkan bisnis yang sedang saya jalani ditinjau dari perspektif keuangan?”
Maksud pertanyaan tersebut adalah mengajak Anda untuk kembali menilai kelayakan bisnis yang sedang Anda jalankan. Kami mengajak Anda untuk membuat analisa keuangan sebagai bagian penting dari pengambilan keputusan yang harus Anda buat: apakah bisnis yang sedang Anda jalankan layak diteruskan, ataukah Anda harus berpikir ulang mengenai bisnis Anda sekarang?
Ada beberapa analisa yang dapat Anda pakai. Intinya adalah untuk menjawab: tindakan apakah yang harus Anda lakukan sehubungan dengan aspek keuangan bisnis Anda saat ini. Kami mengetengahkan analisis keuangan yang didasarkan pada empat analisa rasio. Yakni: rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio provitabilitas – asumsi kami: Anda tentu telah membukukan dengan baik setiap transaksi keuangan dalam bisnis Anda sesuai sistem akuntasi yang berlaku.
Kita akan membahasnya satu per satu sebagai pembelajaran agar Anda tidak keliru dalam mengambil keputusan bisnis yang sedang Anda jalani. Nilailah kembali bisnis Anda dengan berbagai analisa rasio berikut ini.
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mencerminkan kemampuan perusahaan Anda memenuhi kewajiban jangka pendek – kurang dari satu tahun. Likuiditas diukur melalui aset lancar dibagi kewajiban lancar. Perusahaan dengan likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar 100%. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan seluruh keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan mengubah aset lancar menjadi uang kas.
Rasio likuiditas terdiri atas rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio) dan rasio kas (cash ratio).
Rasio lancar adalah perbandingan antara aset lancar dan kewajiban lancar. Rumusnya:
Ini ukuran paling umum yang digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan Anda memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio lancar menunjukan kemampuan aset lancar menutup kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar rasio lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan Anda menutup kewajiban jangka pendeknya; dan sebaliknya. Saat rasio lancar perusahaan Anda rendah, terjadi masalah likuiditas. Tapi ratio lancar yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena ada banyak dana menganggur, yang berakibat mengurangi kemampuan perusahaan Anda menghasilkan laba. (Sawir, 2009: 10)
Rasio cepat, disebut pula acid test ratio, merupakan ukuran kemampuan perusahaan Anda memenuhi kewajiban jangka pendek. Perhitungan rasio cepat adalah dengan mengurangkan aset lancar dengan persediaan. Hal ini karena persediaan merupakan unsur aset lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga, serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi.
Rumus rasio cepat adalah:
Rasio cepat berdasarkan prinsip hati-hati adalah 100% atau 1 : 1 dianggap cukup memuaskan, dan apabila kurang dianggap kurang baik.
Rasio kas merupakan rasio yang menunjukan posisi kas dapat menutupi utang lancar. Dengan kata lain, rasio ini menunjukan kemampuan jangka pendek yang harus segera dipenuhi dengan kas dan surat berharga dalam perusahaan yang dapat segera diuangkan. Kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui bahwa setiap utang lancar Rp 1 dijaminkan oleh kas dan efek sebesar hasil yang diperoleh dari rasio kas, sehingga penilaiannya tergantung kebijakan perusahaan.
Rumus rasio kas adalah:
Rasio Leverage
Leverage sering diartikan pendongkrak kinerja perusahaan dan identik dengan utang.Pasalnya, utang atau kewajiban bisa mendongkrak kinerja perusahaan, dibandingkan jika perusahaan hanya mengandalkan modal sendiri. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjang. Rasio ini sama dengan rasio solvabilitas. Jenisnya ada tiga: (1) Rasio total kewajiban terhadap total aktiva/debt ratio; (2) Rasio total kewajiban terhadap total ekuitas/debt to equity ratio dan (3) Total debt to total capital assets.
Kita bahas satu per satu.
Rasio total kewajiban terhadap total aktiva menunjukan besarnya utang yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Rasio ini hanya merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditur bagi perusahaan. Rumusnya:
Semakin besar rasio tersebut menunjukan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan Anda terhadap pihak eksternal dan semakin besar pula beban biaya utang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan Anda. Semakin meningkatnya rasio ini (ketika beban utang juga semakin besar), akan berdampak terhadap provitabilitas yang diperoleh perusahaan. Hal ini karena sebagian keuntungan digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya binga yang semakin besar, proviabilitas semakin berkurang, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga utang.
Rasio total kewajiban terhadap total ekuitas dapat digunakan untuk mengukur jumlah modal sendiri yang dijaminkan atas kewajiban. Semakin besar rasio ini akan semakin menguntungkan perusahaan, sedangkan bagi pihak pemberi pinjaman akan mengakibatkan semakin besar risiko yang ditanggungnya. Rumusnya:
Utang yang wajar tentunya jika jumlahnya lebih kecil daripada modal perusahaan, alias debt to equity ratio-nya di bawah 100%. Namun hal ini bukan berarti perusahaan yang utangnya lebih besar daripada modalnya, utangnya itu pasti tidak wajar. Dengan catatan, utang-utang tersebut bukan utang-utang “berbahaya”, melainkan utang yang memang dapat mendukung perusahaan untuk berkembang.
Total debt to total capital assets digunakan untuk mengukur bagian aset yang dipakai menjamin keseluruhan kewajiban atau utang. Rumusnya:
Rasio Aktivitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan menggunakan asetnya, atau mengukur efisiensi pemanfaatan sumberdaya perusahaan. Ada tiga tolok ukurnya: receivable turn over (perputaran piutang), inventory turn over (perputaran persediaan) dan assets turnover (perputaran aset tetap).
Kita bahas satu per satu.
Receivable turn over menunjukan nilai relatif nilai penjualan kredit terhadap nilai rata-rata piutang. Rumusnya:
Semakin tinggi receivable turn over menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) – berarti kondisi perusahaan semakin baik. Sebaliknya, semakin rendah rasio ini, perputaran piutang melambat. Rasio ini menggambarkan kualitas piutang dan sukses-tidaknya penagihan piutang.
Inventory turn over digunakan untuk mengukur frekuensi dana yang diinvestasikan dalam persediaan selama satu periode (tahun). Juga dapat menunjukkan frekuensi penggantian barang persediaan dalam satu
tahun.Rumusnya:
Jika inventory turn over semakin tinggi, perusahaan semakin efisien dan likuiditas persediaan semakin baik. Jika sebaliknya, perusahaan tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk, yang mengakibatkan rendahnya pengembalian investasi.
Fixed assets turnover adalah rasio antara penjualan dan aset tetap neto. Rasio ini menunjukan penjualan perusahaan dikaitkan dengan penggunaan aset tetapnya. Rumusnya:
Dari rumusnya, rasio ini menunjukan pengulangan dana yang digunakan untuk piutang dalam setahun, atau frekuensi (dalam setahun) dana investasi yang tertanam dalam piutang berputar dari bentuk piutang menjadi uang tunai.
Rasio Provitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan kita menghasilkan laba. Ada tiga jenis rasio yang umumnya digunakan sebagai tolok ukurnya. Yakni gross profit margin (margin laba kotor), net profit margin (margin laba bersih) dan return on asset (ROA = ROI).
Kita bahas satu per satu.
Gross profit margin mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksi, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien efisien. (Sawir, 2009: 18) Rumusnya:
Ratio gross profit margin mencerminkan laba kotor. Bila dikurangi angka 100% akan menunjukan saldo untuk menutup biaya operasional dan laba bersih.
Net profit margin menggambarkan laba bersih perusahaan. Rumusnya:
Rasio ini mengukur laba bersih setelah dikurangi pajak. Semakin tinggi net profit margin, semain baik operasional perusahaan.
Return on asset menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atas setiap satu rupiah aset yang digunakan.
Semakin tinggi ROI semakin baik keadaan perusahaan. ROI menunjukkan laba bersih perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. (Syafri, 2008: 63) Rumusnya:
Analisa keuangan tersebut dapat Anda pakai untuk menilai kelayakan usaha yang sedang Anda jalani. Anda membutuhkan informasi keuangan yang dapat memprediksi keadaan bisnis Anda. Salah satunya adalah hasil beberapa analisa rasio tersebut. (PM)
Rubrik ini adalah kerjasama antara PengusahaMuslim.com dan PT. Zahir International
- Dukung kami dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. 081 326 333 328 dan 087 882 888 727
- Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial